Pelayanan ginjal ini masuk dalam pelayanan penyakit prioritas selain kanker, jantung, dan stroke.
“Upaya ini adalah upaya di hilir dengan maksud menekan biaya yang akan terjadi bagi orang-orang yang akan cuci darah secara rutin. Itu akan jauh lebih besar,” ujar dr Syahril.
Menurutnya, Kementerian Kesehatan telah memiliki program untuk mengawal di hulu dengan preventif, yang lebih penting daripada upaya di hilir.
Baca Juga:Kemenag Gulirkan Bantuan untuk Masjid dan Musala, Simak Syarat-syaratnyaKalah dari Jepang, Indonesia Masih Bisa Lolos 16 Besar Piala Asia 2023, Simak Skenarionya
Program preventif mencegah masyarakat mengalami gagal ginjal kronis melalui berbagai cara edukasi dan promosi pola hidup sehat, termasuk pola makan dan pola hidup untuk membangun kebiasaan-kebiasaab yang dapat mencegah terjadinya gangguan ginjal.
Ketua Tim Transplantasi Ginjal dr Elizabeth Yasmine Wardoyo SpPD KGH FINASIM mengatakan kondisi terakhir pedonor saat ini sudah stabil dan kembali ke ruang perawatan biasa, sementara kondisi resipien juga baik.
Artinya, fungsi ginjalnya yang saat ini dalam pengawasan ketat sudah berlangsung baik.
“Resipien akan dirawat secara intensif, saat ini masuk ke dalam perawatan ICU, kemudian di Rumah Sakit Fatmawati sudah mengembangkan ICU bertekanan positif yang kami khususkan untuk resipien transplantasi organ untuk meminimalkan infeksi pasca-operasi,” ucapnya.
Pasien yang akan melakukan transplantasi ginjal sendiri bisa mendapatkan pembiayaan dari BPJS Kesehatan, tetapi ada selisih biaya yang harus dibayarkan pasien. Selisih ini dapat dibayarkan secara mandiri atau asuransi lain. (*)