BERITA86.COM- Angka kasus TBC di Indonesia tinggi, sebagaimana data terbaru yang diungkap oleh Kementerian Kesehatan pada Januari 2024 ini.
Ya, tuberkolosis atau TBC masih tinggi, tapi
komitmen Indonesia dalam mengatasi TBC ini juga sudah sangat baik.
Salah satunya adalah dengan melakukan perbaikan pada sistem deteksi dan pelaporan.
Dari perbaikan pada sistem deteksi dan pelaporan inilah sehingga tercapai notifikasi kasus tertinggi sepanjang sejarah pada 2022 dan 2023.
Baca Juga:Alhamdulillah Gaji PNS Naik, dari Rp3 Juta Jadi Rp6 Juta, Simak Rincian Lengkap di SiniNick Kuipers Absen Laga Persib vs Persis Solo pada 4 Februari 2024, Bojan Hodak Tak Risau
Lebih dari 724.000 kasus TBC baru ditemukan pada 2022, dan jumlahnya meningkat menjadi 809.000 kasus pada 2023.
Jumlah ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kasus sebelum pandemic yang rata-rata penemuannya di bawah 600.000 per tahun.
Deteksi TBC mirip dengan deteksi Covid-19, yakni jika tidak dites, dideteksi, dan dilaporkan.
Dengan begitu, maka angkanya terlihat rendah sehingga terjadi under reporting, yang mengakibatkan pengidap TBC berkeliaran dan berpotensi menularkan karena tidak diobati.
“Sebelum pandemi, penemuan kasus TBC hanya mencapai 40-45% dari estimasi kasus TBC,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes dr Imran Pambudi di Jakarta, Senin 29 Januari 2024.
“Jadi masih banyak kasus yang belum ditemukan atau juga belum dilaporkan,” sambung dr Imran Pambudi.
Ia menjelaskan, apabila lebih banyak lagi yang terdeteksi maka potensi pengidap dapat disembuhkan akan meningkat dan daya tular dapat ditekan.
Baca Juga:Marc Klok Langsung Latihan Bersama Persib, Liburnya Nanti setelah Lawan Persis SoloPersib Berduka, Entang Hermanu Meninggal Dunia saat Sholat Subuh, Simak Kiprahnya Bersama Pangeran Biru
Sebagai upaya perbaikan, Kementerian Kesehatan melakukan perbaikan sistem deteksi dan pelaporan agar data menjadi real time.
Selain itu, laboratorium/fasilitas kesehatan dapat melaporkan langsung dari sehingga data dan penemuan kasus menjadi lebih baik.
“Hasilnya, dari 60% kasus yang tadinya tidak temukan, saat ini hanya 32% kasus yang belum ditemukan,” kata dr Imran Pambudi.
“Oleh karena itu, laporan atau notifikasi kasus juga menjadi lebih baik karena menemukan lebih banyak sesuai angka perkiraan yang diberikan WHO,” sambungnya.
Kementerian Kesehatan sendiri melakukan percepatan secara masif sehingga mencatatkan sejumlah keberhasilan.
Petama, Kementerian Kesehatan berhasil menemukan 90% kasus baru.
Dari kasus baru itu, pasien yang mendapatkan pengobatan mencapai 100%, termasuk 90% pasien sudah mendapatkan pengobatan sampai tuntas.
Pencapaian lainnya, yakni 58% orang dengan kontak erat tuberkulosis telah mendapatkan terapi pencegahan TB (TPT).