Hadir di Indramayu, Mensos Bangkitkan Optimisme Masa Depan lewat Sekolah Rakyat

Sekolah Rakyat
Mensos Saifullah Yusuf berbicara di hadapan siswa dan orang tua pada Sekolah Rakyat di Indramayu. Foto: Kemensos.
0 Komentar

Ia juga mengajak dialog para calon siswa dan orang tuanya. Salah satunya calon siswa, Narsila Anandia telah putus sekolah SD.

Ia tak melanjutkan ke SMP karena orang tuanya terkendala biaya.

“(Setelah putus sekolah) Di rumah bantu mama dan antar adik sekolah. Cita-cita ingin jadi dokter,” kata Narsila sambil mengusap air matanya.

Ayah Narsila, Nurbuat berharap anak dapat memiliki masa depan yang jelas setelah bersekolah di Sekolah Rakyat.

Baca Juga:Presiden Prabowo Puji PKS: Mereka Usulkan Profesor dari ITBWamensos: Jangan Bilang Sekolah Rakyat Itu Ecek-ecek, Ini Program Besar Prabowo Subianto

“Harapan saya jadi anak solehah dan masa depan yang jelas,” katanya.

Lalu calon siswa lainnya, Kurniawati. Dia sudah sebulan putus sekolah. Ayahnya bernama Dodo yang berprofesi sebagai serabutan sebagai buruh lepas.

“Anaknya boleh sekolah di Sekolah Rakyat?” kata Gus Ipul.

Ia pun memperbolehkan anaknya bersekolah di Sekolah Rakyat. Saat ditanya alasannya, ia mengatakan anaknya yang ingin meneruskan sekolah.

“Gimana lagi, maunya sekolah anaknya,” katanya.

Usai berdialog, Gus Ipul mengajak semua pihak untuk mewujudkan cita-cita para siswa lewat Sekolah Rakyat.

Ia ingin mengawal para siswa sampai jenjang Universitas dan bekerja.

“Raih cita-citanya, belajar sungguh-sungguh. Ini kesempatan yang diberikan pak presiden bekerja sama dengan Kemensos dan bupati Indramayu,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, Bupati Indramayu, Lucky Hakim menceritakan kisahnya yang juga berasal dari wong cilik.

Ia diadopsi saat masih kecil dan dibuatkan akta kelahiran baru. Ia bahkan sempat tak tahu orang tua kandungnya.

Baca Juga:Pesan Tegas dari Mensos: Tiga Hal Ini Tak Boleh Terjadi di Sekolah RakyatAlhamdulillah, Kemenag Kucurkan Rp34,3 Miliar Anggaran PPG untuk Guru PAI di Sekolah

“Sebelum orang tua angkat saya meninggal, dikasih tahu kalau bukan anak kandung. Saya baru tahu saya bukan anaknya,” katanya.

Ia pun mencari tahu soal orang tua kandung dan keluarganya. Saat bertemu dengan kakak dan adiknya, ia mengakui ada perbedaan dirinya dengan saudaranya.

“Bedanya badan mereka lebih pendek, mereka rada ganteng. Tapi saya paling ganteng, saya lebih tinggi, cara ngomong saya lebih percaya diri. Apa yang membedakan saya dan adik kandung saya? Asupan gizi dan pendidikan,” katanya.

Menurutnya, sosoknya selama ini yang kini berpendidikan dan mapan merupakan pengorbanan orang tuanya, apalagi ketika mereka dipisahkan.

0 Komentar