PADANG, Berita86.com- Dukungan psikososial dinilai sangat dibutuhkan bagi anak-anak yang menghadapi situasi bencana.
Hal itu juga dialami anak-anak di Kecamatan Pauh, Kota Padang, Provinsi Sumatra Barat (Sumbar), yang terdampak banjir dan longsor hingga memaksa sejumlah keluarga mengungsi karena tempat tinggal mereka rusak.
Pos pengungsian di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 Cupak Tangah menampung sedikitnya 171 anak dari total 481 kepala keluarga (KK) atau 1.973 jiwa.
Baca Juga:Presiden Instruksikan Percepatan Pemulihan Bencana: Kecepatan, Ketepatan, dan Konsistensi adalah KunciKawal Arahan Presiden Prabowo, Wapres Gibran ke Lokasi Terdampak Banjir di Agam, Sumbar
Selain anak-anak, kelompok rentan yang tercatat di lokasi itu antara lain 71 lansia, 36 balita, 6 ibu hamil, dan 1 penyandang disabilitas. Para pengungsi menempati ruang-ruang kelas di sekolah tersebut.
Untuk membantu pemulihan kondisi psikologis anak, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) memberikan dukungan psikososial di lokasi pengungsian pada Sabtu, 6 Desember 2025.
Dilansir dari laman BNPB, kegiatan ini digelar bekerja sama dengan Save the Children Indonesia dan Universitas Negeri Padang.
Dukungan dilakukan melalui berbagai aktivitas menyenangkan yang bertujuan membangkitkan semangat anak-anak, memulihkan rasa percaya diri, serta membantu mereka kembali fokus mengikuti kegiatan sekolah setelah bencana.
Fasilitator mengajak anak-anak bermain, berinteraksi, dan melakukan aktivitas edukatif.
Selain itu, diberikan pula edukasi mengenai ruang digital dengan bahasa sederhana agar mudah dipahami.
Beberapa orang tua turut mendampingi anak-anak selama kegiatan berlangsung di area tenda pengungsian.
Komdigi memastikan dukungan psikososial tidak hanya diberikan di SDN 02 Cupak Tangah, tetapi juga tiga titik pengungsian lain di Kota Padang.
Baca Juga:Kembali ke Aceh, Presiden Tinjau Pengerjaan Jembatan Bailey Teupin Mane di BireuenRehabilitasi Korban Robohnya Pesantren Al Khoziny, Kemensos Beri Tangan Palsu Bionic
Upaya ini menjadi contoh keterlibatan para pemangku kepentingan dalam penanggulangan bencana.
Banjir dan longsor yang menerjang sejumlah daerah di Sumbar masih menyisakan kesedihan dan tantangan pemulihan bagi masyarakat.
Di tengah situasi tersebut, kontribusi berbagai pihak melalui pendekatan pentaheliks sangat dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan kehidupan warga.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menegaskan pentingnya sinergi pentaheliks — pemerintah, akademisi, masyarakat, dunia usaha dan media — dalam penanganan bencana di Indonesia.
Pemerintah disebut tidak akan mampu bertindak optimal tanpa dukungan, kepedulian, dan kolaborasi dari banyak pihak.
Kolaborasi tersebut tercermin melalui berbagai bantuan, mulai dari pangan, nonpangan, donasi uang, keahlian, hingga tenaga relawan.
