Beda Awal Ramadhan 2024, Kemenag Ajak Saling Menghormati

jubir kemenag
Juru Bicara Kementerian Agama Anna Hasbie bicara soal adanya perbedaan awal puasa Ramadhan 2024/Dok Kemenag.
0 Komentar

BERITA86.COM- Awal Ramadhan 2024 hampir pasti tidak dilaksanakan secara serentak. Tapi, perbedaan awal puasa ini bukan sesuatu yang harus dipertentangkan.

Kementerian Agama atau Kemenag pun mengimbau masyarakat untuk mengedepankan sikap saling menghormati terhadap perbedaan awal puasa Ramadhan 2024.

Tak hanya itu, dialog para pihak juga patut dikedepankan untuk bisa memahami dan saling berbagi informasi terkait argumentasi masing-masing dalam mengawali ibadah puasa Ramadhan 2024.

Baca Juga:Bojan Hodak Minta Bobotoh Tak Hadir saat Persib Latihan Kamis dan Jumat, Ini AlasannyaPersib Sangat Siap Lawan Persija, Bojan Hodak: Sekarang Lebih Ringan

Pesan tersebut seperti disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Agama Anna Hasbie berkenaan dengan adanya perbedaan awal puasa Ramadhan 2024.

Awal puasa Ramadhan 2024 di Indonesia memang dipastikan tidak diawali secara bersama-sama.

Mayoritas umat Islam akan mengawali puasa Ramadhan 1445 H pada 11 dan atau 12 Maret.

Misalnya Majelis Tarjih Pengurus Pusat Muhammadiyah sudah mengumumkan awal puasa Ramadhan pada 11 Maret 2024.

Sementara pemerintah baru akan menggelar sidang isbat awal Ramadhan 1445 H pada 10 Maret 2024. Sidang akan memutuskan apakah puasa Ramadhan tahun ini akan dimulai pada 11 atau 12 Maret.

Namun demikian, ada kelompok jamaah yang sudah mulai puasa pada 7 Maret. Ada juga yang akan mulai berpuasa pada 10 Maret.

“Kita hormati pilihan dan keyakinan umat Islam dalam mengawali puasa Ramadhan 1445 H/2024 M. Sikap saling menghormati perlu dikedepankan dalam menyikapi perbedaan,” sebut Anna Hasbie di Jakarta, Jumat 8 Maret 2024.

Baca Juga:Persib Raih 3 Poin dan Nirbobol Lagi saat Lawan RANS Nusantara FC, Ciro Alves: Kami Masih LaparRANS Nusantara FC Belum Menang 10 Laga Terakhir, Pelatih Persib: Jangan Anggap Remeh

Dalam semangat saling menghormati itu, kata Anna, ruang dialog tetap harus dibuka. Sebab, ilmu pengetahuan sudah semakin maju dan berkembang, termasuk terkait astronomi.

Penentuan awal bulan Hijriyah bisa didekati secara empiris melalui hisab dan atau rukyatul hilal, tidak semata berdasar keyakinan spiritual semata. Sehingga, argumentasinya juga ilmiah.

“Kemenag terus membuka ruang dialog dan diskusi terkait penentuan awal Ramadhan. Dari situ diharapkan akan terjadi proses tukar informasi dan pemahaman terkait pilihan dalam mengawali puasa Ramadhan,” sambungnya.

Muhammadiyah, misalnya, menetapkan Ramadhan pada 11 Maret karena argumentasi hisab wujudul hilal.

Pemerintah menggunakan pendekatan Hisab sebagai informasi awal dan Rukyatul Hilal sebagai konfirmasi.

“Bagaimana argumentasi awal Ramadhan 1445 H pada 7 Maret atau 10 Maret? Kita bisa diskusikan agar bisa saling memberikan pemahaman,” sebut Anna.

0 Komentar